BANDUNG, KOMPAS - Serangan hama wereng batang coklat di areal pertanian Jawa Barat diprediksi meluas. Sedikitnya, 19.161 hektar tanaman padi terancam serangan wereng jika penyebaran hama itu tak dihentikan. Dua pekan ini, hama wereng menyerang 7.210 hektar sawah, 395 hektar di antaranya dipastikan gagal panen.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat, ancaman wereng tersebar di 13 kabupaten. Sebanyak 17.858 hektar (93 persen) di antaranya di wilayah sentra padi, seperti Kabupaten Subang (7.720 hektar), Indramayu (5.039 hektar), Karawang (3.917 hektar), dan Bekasi (1.182 hektar). Sisanya di daerah lain.
Meluasnya ancaman serangan hama yang menjadi vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa ini, menurut Sekretaris Kontak Tani dan Nelayan Andalan Jawa Barat Rali Sukari, perlu diwaspadai. Terlebih lagi memasuki musim pancaroba, yakni peralihan iklim dari musim hujan ke musim kemarau.
”Kondisi ini menyebabkan suhu udara dan tingkat kelembaban sama-sama tinggi. Akibatnya, wereng cepat berkembang biak,” kata Rali.
Ia menambahkan, tingginya serangan organisme pengganggu tanaman (hama) pada awal musim tanam gadu (kedua) 2010 ini diperparah pola tanam yang tidak serempak dan penggunaan varietas padi yang tidak direkomendasikan pemerintah.
Menurut Rali, seharusnya tiap kabupaten/kota memiliki pola tanam masing-masing agar setidaknya masa tanam di satu kawasan itu bisa serentak. Ini bisa mencegah penyebaran hama dari satu sawah ke yang lain. Selain itu, usia tanaman yang seragam juga membuat program pemusnahan hama lebih tertata karena tidak perlu khawatir merusak petak yang lain.
Varietas tahan wereng
Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat Entang Sastraatmadja menyebutkan pula, penggunaan varietas padi yang tidak direkomendasikan pemerintah lebih rentan terhadap wereng batang coklat.
Hal senada disampaikan Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Kadarisman. Ia mengimbau petani menanam padi varietas tahan wereng, mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat, dan menyemprot insektisida secara massal.
Upaya itu telah ditempuh di beberapa persawahan di Karawang yang telah memasuki musim tanam gadu. Beberapa varietas yang dianjurkan ditanam, antara lain, Inpari 1-10, Mekonga, dan Ciherang. Ia mengimbau petani agar tidak menanam varietas ketan dan padi lokal yang rentan wereng.
Dari Kabupaten Indramayu dilaporkan, sedikitnya 2.571 hektar sawah di empat kecamatan juga telah terserang wereng batang coklat. Akibatnya, produktivitas lahan turun hingga 50 persen. Empat kecamatan itu adalah Cikedung, Terisi, Kroya, dan Losarang. Berbeda dengan data provinsi, lahan yang terancam wereng di Indramayu mencapai 10.984 hektar.
Beong (55), petani Desa Jatimulya, Kecamatan Cikedung, Indramayu, mengakui, sekitar 25 persen dari satu hektar sawahnya dimakan wereng. Wereng menyerang sawahnya ketika padi berusia 60 hari atau saat padi mulai berbuah. Akibatnya, banyak bulir padi hampa dan produksi berkurang.
Biasanya, produktivitas sawah di area hutan berkisar 3 ton per hektar, tetapi kini hanya panen 1,5 ton-2 ton.
”Biaya tanam juga naik, dari biasanya Rp 2 juta per hektar sekarang Rp 3 juta karena harus membeli pestisida lebih banyak,” ujar Beong.
Kepala Seksi Rehabilitasi Lahan dan Perlindungan Tanaman pada Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu Abdul Muin mengatakan, kebanyakan hama wereng menyerang tanaman padi usia dewasa. Kondisi itu mendorong petani segera memanen padi meski waktu panen masih 1-3 minggu lagi. Tujuannya adalah mengurangi kerugian sebab produktivitas lahan akan turun sampai 15 persen.
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon meminta petani agar selalu mengamati secara rutin tanaman padi miliknya. Jika ada serangan, sekecil apa pun, petani diminta segera melapor supaya bisa dilakukan penyemprotan serempak pada satu hamparan sawah. (MKN/THT/GRE)
0 Comments