BANDUNG, KOMPAS - Provinsi Jawa Barat sulit mencapai target penambahan populasi sapi potong sebanyak satu juta ekor untuk memenuhi target swasembada daging 2013. Minimnya insentif bagi peternak menyebabkan biaya produksi tetap tinggi sehingga mekanisme pembibitan berjalan lambat.
"Pemerintah seperti kurang serius mewujudkan target swasembada daging. Tidak ada satu pun insentif, baik dari segi kemudahan akses perbankan, penyediaan bibit, maupun pembinaan bagi peternakan rakyat dan swasta," ungkap Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Rochadi Tawaf, Kamis (14/1) di Bandung.
Pembibitan sapi potong, menurut Rochadi, harus dilakukan melalui konsep unit pembibitan ternak (village breeding center). Unit pembibitan sebaiknya berada di wilayah yang masyarakatnya masih memiliki budaya ternak yang kental, seperti Ciamis dan Sukabumi.
Sesuai Undang-Undang Peternakan No 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, pengusahaan bibit sapi sebenarnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Untuk itu, pemerintah harus memberi insentif kepada peternak atau pihak swasta yang serius mengembangkan bibit sapi potong.
Dia mencontohkan, saat ini belum ada satu pun peternak yang mampu mengakses kredit usaha pembibitan sapi (KUPS). KUPS adalah program pemerintah pusat dalam mengembangkan populasi sapi, dengan memberikan pinjaman lunak bunga 5 persen kepada peternak, dengan plafon maksimal Rp 10 juta per ekor. "Jabar bisa mencontoh Pemprov Jawa Timur yang menggerakkan perbankan daerah menjamin usaha pembibitan. Bahkan, ada subsidi untuk setiap anakan sapi yang dipelihara," kata Rochadi.
Dia memaparkan, populasi sapi potong di Jabar sekitar 300.000 ekor. Kebutuhan konsumsi mencapai 400.000 ekor per tahun. Dari total populasi 300.000 ekor itu, sapi lokal hanya menyumbang 20 persen atau 60.000 ekor di antaranya. Sisanya yang mencapai 240.000 ekor adalah sapi bakalan yang diimpor industri penggemukan sapi (feedlot) dan sapi impor yang langsung dipotong. "Dengan dukungan serius pun, penambahan populasi maksimal hanya 65.000 ekor per tahun. Program satu juta sapi baru tercapai mungkin setelah 10 tahun," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Daging dan Sapi Indonesia Jabar Dadang Iskandar mengakui, selama ini kebutuhan sapi potong di pasar lebih banyak disuplai daging dari Jatim, Jateng, dan Lampung. Jabar juga masih sangat tergantung pada pasokan sapi potong produk industri penggemukan.
Industri penggemukan
Untuk memenuhi peningkatan permintaan daging yang diperkirakan terjadi pada 2010, salah satu industri penggemukan sapi di Jabar, PT Citra Agro Buana Semesta (CABS), menargetkan penjualan sapi potong pada 2010 mencapai 40.000 ekor atau naik 10 persen dibandingkan dengan 2009 yang sekitar 36.000 ekor.
Komisaris Utama PT CABS Yudi Guntara Noor, di sela-sela pencanangan Agro Peduli yang merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan di Garut, mengatakan, untuk mencapai target, ia akan mengoptimalkan kapasitas kandang di Malangbong yang kini baru mencapai 9.000 ekor. Kapasitas itu baru mencapai 75 persen dari kapasitas maksimal 12.000 ekor.
Saat ini PT CABS menggemukkan sapi asal Australia jenis Australian Commercial Cross sebanyak 9.000 ekor di Malangbong dan 3.800 ekor di Jateng, dengan rentang penggemukan berkisar 75-90 hari. Yudi menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan pakan konsentrat yang mencapai 10 kg per ekor per hari, perusahaan bekerja sama dengan petani di Malangbong untuk pengadaan salah satu bahan baku pakan, yakni jagung. (GRE)
0 Comments