Karawang, Kompas - Lahan persemaian tanaman padi di Desa Sukatani, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, beberapa kali terendam banjir 10 hari ini. Bibit padi pun mati sehingga petani menebar benih lagi untuk kedua kali awal musim ini.
Toni, petani di Desa Sukatani, Minggu (10/1), mengatakan, banjir menggenangi persemaian untuk 25 hektar sawah di Blok Bengkok, 10 hektar di Blok Ash Shidiqiyah, dan 8 hektar Blok Wagir. Persawahan itu umumnya baru selesai diolah dan persemaian dengan usia bibit bervariasi antara 10 dan 15 hari.
”Hujan deras yang turun beberapa jam membuat sungai meluap dan menggenangi sawah-sawah yang posisinya rendah di sekitarnya. Itu terjadi beberapa kali sehingga bibit layu dan mati,” ujar Toni.
Luapan air berasal dari Kali Cermin dan Kali Masamah. Setiap musim hujan, dua sungai itu sering meluap dan memicu banjir di sebagian persawahan Kecamatan Cilamaya Wetan. Selain dangkal, tinggi tanggul sungai umumnya pendek dan saluran menyempit di beberapa titik.
Menurut Kepala Desa Sukatani Awang Taswan, areal yang kini puso adalah sebagian dari sekitar 150 hektar sawah rawan banjir di desanya. Saat banjir awal tahun lalu, seluas 158 hektar dari total 550 hektar sawah Desa Sukatani tergenang banjir selama beberapa hari dan membuat padi menjadi puso.
”Petani menebar benih lagi dengan dana pribadi pada awal musim ini. Kami masih menginventarisasi kerugian petani untuk mengusulkan bantuan benih ke pemerintah kabupaten melalui Dinas Pertanian Karawang,” ujar Awang.
Meski masih berisiko banjir, petani memilih segera menebar benih lagi. Mereka tidak ingin ketinggalan dari petani lain. Masa tanam yang tidak serempak dikhawatirkan memicu serangan hama dan membuat hasil panen anjlok.
Petani-petani di Kecamatan Indramayu, Balongan, dan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, hari Minggu kemarin tampak mengolah lahan sebelum ditanami bibit padi. Sebagian petani juga telah menyemai bibit.
Namun, di Kecamatan Kandanghaur dan Patrol, sebagian lahan sawah yang telah diolah terendam air yang meninggi. Sebagian persemaian bibit juga terendam. Kondisi serupa tampak di sebagian lahan persawahan di Kecamatan Pamanukan dan Ciasem, Kabupaten Subang.
Tunda tanam
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Karawang Ijam Sujana menyatakan, sebagian persawahan di pesisir utara rawan banjir karena faktor geografis dan buruknya kondisi saluran pembuang. Kondisi saluran di muara sungai dangkal, memiliki tanggul rendah, dan menyempit karena bantarannya digarap warga.
Ijam menambahkan, petani di daerah golongan air IV dan V di pesisir utara memilih menunda penanaman hingga pertengahan Februari untuk menghindari banjir. Mereka, antara lain, tinggal di Kecamatan Tempuran, Pedes, Cilebar, Batujaya, Tirtajaya, dan Pakisjaya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Karawang Kadarisman mengatakan, data total luas tanaman yang puso akibat banjir belum ada.
Hingga akhir pekan lalu realisasi tanam musim rendeng di Karawang 45.000 hektar atau 47,8 persen dari target tanam 94.000 hektar. (mkn/mul)
0 Comments