Jakarta, Kompas - Harga pembelian pemerintah untuk gabah dan beras sudah seharusnya dilakukan. Bila tidak, keuntungan petani padi akan berkurang karena naiknya pupuk bersubsidi yang bakal terjadi pada tahun 2010.
Demikian disampaikan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso di Jakarta, Senin (23/11). Sutarto menjadi Dirut Perum Bulog menggantikan Mustafa Abubakar yang kini menjadi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Ditegaskan, bila harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi naik, harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras harus naik. ”Itu sudah aksiomanya. Kalau HPP tidak naik, keuntungan petani akan berkurang. Prinsip keseimbangan itu yang akan ditentukan pemerintah dan DPR,” kata Sutarto yang sampai kemarin masih menjadi Direktur Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian.
Sutarto menyarankan kenaikan HPP beras dan gabah yang akan ditetapkan pemerintah memperhitungkan harga beras di pasar dunia. ”Perlu keselarasan harga beras dalam negeri dengan beras yang diperdagangkan di pasar dunia,” ujarnya.
Hal itu, lanjut Sutarto, diperlukan bila Indonesia ingin mengekspor beras, seiring meningkatnya produksi beras di dalam negeri. ”Selisih harga beras dalam negeri dengan harga di pasar dunia harus menjadi pertimbangan. Jangan sampai harga di dalam negeri terlalu mahal,” katanya.
Selain beras
Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar menjelaskan, pemerintah mencari formula bagi Perum Bulog untuk menangani komoditas pangan pokok selain beras, yaitu gula, minyak goreng, kedelai, dan jagung.
Mustafa menyatakan, saat ia menjadi Dirut Perum Bulog, konsep bagi Bulog menangani bahan pangan pokok selain beras telah diajukan ke Kementerian Negara BUMN. ”Kita akan meminta konsep dibicarakan bersama lintas departemen,” kata Mustafa.
Dijelaskan, untuk penanganan minyak goreng, misalnya, Bulog menawarkan diri untuk menjadi distributor, seperti yang dilakukan dalam penyaluran beras untuk rakyat miskin.
”Kedua, kalau ada kemauan politik dari pemerintah, Bulog menawarkan diri membentuk stok penyangga,” tutur Mustafa.
Dengan membentuk stok penyangga, menurut Mustafa, akan memudahkan pemerintah melakukan stabilisasi harga minyak goreng.
Terkait kedelai, konsep yang diajukan oleh Bulog belum konkret. ”Peluang yang paling mungkin adalah menjalin kerja sama secara bussiness to bussiness. Adapun untuk gula, Bulog menawarkan diri untuk menjadi agen pemasaran. Terkait jagung belum ada konsep yang matang,” kata Mustafa. (MAS)
0 Comments