Friday, January 15, 2010

Beras Organik Banyak Dicari Pasar


Bantul, Kompas - Minimnya suplai beras organik membuat peluang pengembangan komoditas ini terbuka lebar. Sayang, petani tidak memanfaatkan kesempatan. Mereka masih enggan mengembangkan pertanian organik karena terbiasa pertanian serba instan dengan bantuan pupuk kimia pabrik.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Edy Suharyanto, Kamis (14/1). "Produksi beras yang benar-banar murni organik di Bantul belum bisa melebihi angka 10 ton. Masih sangat terbatas. Yang banyak beredar adalah semiorganik," katanya.

Menurutnya, beras murni organik ditanam tanpa pupuk kimia, tanpa pestisida, dan menggunakan air tanah sehingga terhindar dari berbagai jenis limbah cair. Di pasar, kriteria beras seperti itu sulit dijumpai. Yang ada adalah semiorganik, yakni sudah menggunakan pupuk organik, tapi masih memakai pestisida dan air sungai.

Edy menuturkan, masih enggannya petani mengembangkan beras organik karena terbiasa dengan sistem instan. Soal penggunaan pupuk organik dampaknya memang diperoleh dalam jangka waktu lama. Sementara itu, hasil pupuk kimia bisa segera terlihat.

"Tak heran, meski Bantul sudah memiliki pabrik pupuk organik sendiri, serapannya baru sekitar 30 persen. Tahun lalu yang dialokasikan untuk Bantul sebanyak 6.000 ton, tetapi baru terserap 2.000 ton," katanya.

Di pasaran, harga beras organik berkisar Rp 8.000-Rp 10.000. Bagi petani, harga tersebut menggiurkan. "Kelompok kami sedang mencoba membudidayakan beras organik. Kami berharap mendapatkan pendampingan agar hasilnya panennya memuaskan," kata Sudirman, petani di Dusun Sawahan, Pendowoharjo, Bantul.

Peluang kerja sama antara petani dan pengusaha produk pertanian organik terbuka di Kulon Progo. Penjualan beras dan sayuran organik lebih menguntungkan petani karena nilai jualnya lebih tinggi.

CV Pro Petani Sejahtera, misalnya, siap membeli produk-produk pertanian organik dari petani dengan harga tinggi. "Harga yang kami tawarkan rata-rata Rp 2.000 lebih tinggi dari harga produk biasa. Misalnya, untuk beras organik kami beli Rp 10.000 per kilogram, lebih tinggi dari beras lain yang hanya Rp 7.500 per kg," kata Direktur CV Pro Petani Sejahtera Sri Maryono.

Kendati demikian, syarat yang ditetapkan dirasa memberatkan petani karena tidak mudah menerapkan pertanian organik murni. (ENY/YOP)

Related Posts by Categories :



0 comments:

Post a Comment