Tuesday, February 25, 2014
Pelaku Alih fungsi Lahan Sawah Akan Mendapat Hukuman, Jika Kepala Daerah Terlibat Hukumnya Lebih Berat
Monday, February 24, 2014
Antisipasi Bencana Gunung Meletus Terhadap Lahan Pertanian Belum Disiapkan
"Kita (Kementerian Pertanian-red) masih tergagap dalam penanggulangan bencana di Sinabung dan Kelud. Kita belum siap dalam penanggulangan dan penanganan, tetapi untuk bencana banjir dan longsor kita sudah siap," ujar Gatot saat ditemui usai Lokakarya "Sinkronisasi Kebijakan Penanggulangan Bencana dan Dampak Terhadap Pertanian" di gedung rektorat IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Kamis.
Tips Mempercepat Pembungaan dan Pembentukan Buah Tanaman Durian
Monday, April 11, 2011
Kementerian Pertanian Ingin Merubah 500.000 Hektar Pekarangan Menjadi Areal Lahan Tanaman Pangan
Menteri Pertanian Suswono menyampaikan itu, Sabtu (9/4), seusai mengunjungi kawasan percontohan pemanfaatan lahan pekarangan di Dusun Jelok, Desa Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Model pemanfaatan lahan pekarangan di Dusun Jelok melibatkan 65 rumah tangga. Namanya kawasan rumah pangan lestari. Kawasan ini juga merupakan arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membangun benteng terakhir ketahanan pangan.
Berbagai macam jenis sayuran, tanaman obat, dan ternak, dibudidayakan di lahan pekarangan. Di antaranya terong, tomat, cabai, kangkung, ayam, dan ikan. Ada pula jahe, serai, kencur, dan berbagai jenis tanaman obat lain.
Suswono mengatakan, selama ini Kemtan mempunyai program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan di bawah koordinasi Badan Ketahanan Pangan. Program ini bertujuan mengatasi masalah kerawanan pangan daerah dengan mengembangkan ekonomi produktif.
Selain itu ada program Gerakan Percepatan Optimalisasi Pekarangan. Gerakan ini merupakan program Direktorat Jenderal Hortikultura Kemtan yang pada awalnya merupakan gerakan penanaman cabai, sebagai respons krisis cabai beberapa waktu lalu.
”Kedua program ini akan kita padukan, supaya lebih fokus dan langsung terasa manfaatnya,” ujar Suswono.
Kawasan Rumah Pangan Lestari diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat pada tingkat rumah tangga. Selain itu mempercepat diversifikasi pangan dari semula bertumpu pada beras ke sumber pangan lain berbasis lokal, seperti sayuran, buah, dan pangan asal hewan.
Peneliti senior terkait iklim dan lingkungan Badan Ketahanan Pangan, Irsal Las, mengatakan, luas lahan pekarangan secara nasional mencapai 5,5 juta hektar.
TNI Ternyata Ikut Peduli Soal Ketahanan Pangan Nasional
Dan, TNI AD menggandeng Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) untuk mendorong swasembada pangan sebagai bagian dari strategi membangun ketahanan nasional. Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI George Toisutta di Jakarta hari Jumat (8/4) menjelaskan, TNI AD bersinergi dengan HKTI untuk mendampingi petani serta memanfaatkan lahan milik TNI AD yang belum dimanfaatkan.
”Ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional dan menjalankan fungsi pembinaan teritorial. Prajurit akan diberi pelatihan pertanian dan peternakan oleh HKTI. Pada gilirannya, mereka akan membantu masyarakat,” ujar Toisutta.
Dia mengatakan, Indonesia kaya potensi pertanian dan kelautan, tetapi tidak dikelola dengan baik. Bahkan, bidang pertanian tidak dianggap sebagai pekerjaan bergengsi. Jumlah personel TNI AD yang lebih dari 300.000 orang dapat menjadi potensi strategis membangun ketahanan pangan.
Ketua Umum HKTI Oesman Sapta Odang menjelaskan, Indonesia masih mengimpor bahan pangan pertanian, hasil laut, dan produk olahan sebesar Rp 110 triliun per tahun. ”Bahan pangan seperti kedelai, susu, dan buah masih diimpor dalam jumlah besar. Kalau sepertiga dana impor itu digunakan untuk membangun pertanian, perkebunan, dan perikanan, kita dapat menciptakan kemandirian pangan dalam waktu lima tahun,” ujar Oesman Sapta.
Sumber: Kompas
Sunday, April 10, 2011
Sulawesi Tenggara Menambah Pasokan 12.700 Ton Beras
”Saat ini stok beras di Bulog mencapai 4.150 ton. Padahal, kebutuhan untuk distribusi raskin saja 3.900 ton per bulan. Karena itu, kami harus mendatangkan beras tambahan,” kata Kepala Divisi Regional Perum Bulog Sulawesi Tenggara (Sultra) Bambang Napitupulu, Jumat (8/4).
Ia mengatakan, beras harus didatangkan dari daerah lain di Indonesia, terutama Makassar, dikarenakan kebanyakan petani Sultra saat ini masih dalam proses tanam. Panen raya di Sultra diperkirakan Mei dan Juni.
Diharapkan, tambahan 12.700 ton beras akan mencukupi kebutuhan hingga lima bulan ke depan, khusunya untuk program raskin dan cadangan beras daerah.
Kepala Dinas Pertanian Sultra Mansur mengatakan, tahun ini pihaknya menargetkan produksi gabah kering giling (GKG) 580.000 ton, atau meningkat dari hasil produksi tahun 2010 yang mencapai 455.000 ton GKG.
Harga Kopi Lampung Merosot
Teguh Setioso, Wakil Manajer Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Lampung Barat (Lambar), Sabtu (9/4), mengatakan, turunnya produktivitas kopi saat ini tidak terlepas dari buruknya cuaca sepanjang akhir tahun lalu.
”Di saat tanaman kopi mulai berbunga, hujan terus-menerus datang sehingga bunga-bunga rontok, gagal berbuah. Akibatnya, saat ini rata-rata sedikit buah yang yang muncul di tanaman kopi. Produktivitas turun bisa mencapai 30-40 persen,” tuturnya.
Ia menggambarkan, tiap hektar tanaman kopi dengan pola intensif kini rata-rata ditaksir hanya menghasilkan 1,2 ton biji kopi. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, hasilnya bisa mencapai 2 ton. Kopi adalah tanaman musiman setahun sekali. Di Lambar, musim panen kopi biasanya terjadi pada kurun Mei – Juli.
Selain rendahnya produktivitas kopi, Teguh juga menyayangkan banyaknya petani di Lambar yang masih belum memahami cara memproduksi yang baik. ”Beberapa petani masih ada yang asal menjemurnya di tanah dan di pinggir jalan. Akibatnya, kualitasnya kurang,” tutur dia.
Akibatnya, dalam setahun terakhir volume dan nilai ekspor kopi Lampung turun drastis. Nilai ekspor kopi per Januari 2011 di Lampung berdasar data AEKI, turun 32 persen dibanding bulan sebelumnya. Volume ekspor kopi di Januari 2011 adalah 17.957 ton, sementara di Desember 2010 sebanyak 26.385 ton.
Bahkan, sepanjang 2010, volume kopi asal Lampung yang diekspor hanya 261.969 ton. Sementara, total volume ekspor 2009 mencapai 342.313 ton. Lambar adalah salah satu sentra penghasil kopi di Lampung. Kopi asal Lampung telah diekspor ke sejumlah negara, antara lain Jerman, Italia, Inggris, Mesir, Denmark, dan Jepang.
Curah hujan
Tingginya curah hujan, seperti dikeluhkan sejumlah petani kopi, juga memunculkan penyakit pada tanaman kopi.
Menurut Nazori (30), petani kopi di Pekon Kembahang, Kecamatan Batubrak, Lambar, jamur mengakibatkan buah kopi hampa dan mudah membusuk, sehingga produktivitas kopi yang ditanamnya anjlok 25 persen beberapa bulan terakhir ini.
Sumber: Kompas
Nasib Para Petani Kubis di Kota Batu Malang Jawa Timur
Tekanan jiwa akibat masalah itu salah satunya diungkapkan Supeno (45), seorang petani kubis asal Desa Sumberbrantas, Kota Batu. Ia memilih untuk "membunuh" tanaman yang telah dirawatnya sekian lama. "Kami tak bisa berbuat apa-apa melihat harga kubis yang anjlok. Semua panen kubis milik saya, saya beri obat herbisida (zat pembunuh tanaman)," kata Supeno, Minggu (10/4/2011), saat ditemui di lahannya.
Supeno nekat memberi obat herbisida karena kesal, usaha yang sudah dilakukannya dengan merawat dan memberi obat agar kubis tumbuh subur terasa sia-sia. "Tak lama lagi setelah diberi obat herbisida, kubis itu akan kuning dan langsung mati. Satu hektar saya beri obat semua," kata petani yang memiliki lahan kubis seluas 1 hektar ini.
"Hal ini bukan hanya dialami saya, tetapi semua petani kubis juga melakukan yang sama. Stres semua petani di sini," keluhnya.
Kalau dalam kondisi normal, harga kubis Rp 1.500-Rp 2.000 per kilogram. Namun, saat ini harga kubis terjun bebas, menjadi Rp 200 hingga Rp 300 per kilogram. "Kalau harganya demikian, bagaimana kami bisa mengeruk keuntungan," katanya.
Jika harga masih Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per kilogram, kata Supeno, petani masih bisa mendapatkan penghasilan, senilai Rp 50 juta hingga Rp 60 juta per hektar. "Kalau harga kubis menjadi Rp 300 per kilogram, dalam 1 hektar lahan kubis hanya mampu mendapatkan Rp 2 juta. Bahkan, ada yang malah rugi," ujarnya.
Dalam 1 hektar lahan, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani kubis Rp 20 juta hingga Rp 25 juta. Biaya tersebut dikeluarkan untuk membeli bibit kubis. Selain itu, juga ada biaya perawatan dan upah para buruh tani.
Ditanya apa yang menyebabkan harga kubis di kota wisata itu anjlok? Supeno menduga karena panen raya yang serentak terjadi se-Indonesia. Hasilnya, suplai berlebih untuk komoditas tersebut. "Kubis di sini dibuang seperti sampah. Tak ada artinya," cetus Supeno berdana kesal.
Keluhan yang sama juga dialami Abdullah, petani Kubis asal Wajak, Kabupaten Malang. "Semua petani kubis sekarang stres akibat harga kubis anjlok. Harganya sangat tidak menguntungkan petani. Modalnya puluhan juga, setelah panen harganya turun drastis. Katanya akibat panen raya se-Indonesia," katanya.
Sementara itu, menurut pengakuan Sukarman (46), salah satu pedagang Kubis asal Kota Batu, harga sayur kubis memang masih rendah, terutama sayur yang berasal dari Kota Batu. "Bukan hanya petani yang dirugikan dan mengalami stres. Pedagang juga stres dan harus gigit jari. Bukan hasil yang di dapat, tetapi rugi yang menimpa," katanya saat dihubungi via telepon, sore ini.
Sukarman mengaku hanya bisa meratapi nasibnya. "Terpaksa harus sabar menerima nasib ini. Tak ada jalan lain. Saya puluhan juta modal yang tak jelas akan kembali apa tidak," akunya.
Di tempat berbeda, Kepala Dinas Pertanian Kota Batu Himpun mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Karena kondisi tersebut merupakan bagian dari mekanisme pasar. "Kami tak bisa intervensi harga pasar. Begitulah harga pasar. Kadang untung kadang juga harus rugi," jawabnya singkat.
Kategori
- Agriculture and Food (9)
- Beras (1)
- Biopestisida (1)
- Bioteknologi Pertanian (4)
- Budidaya Tanaman (1)
- Buku Pertanian Gratis (1)
- E-book Budidaya Tanaman (2)
- E-book Dunia Pertanian (2)
- Ekonomi Pertanian (3)
- hama penyakit (12)
- Hortikultura (8)
- Info Pertanian (49)
- Ketahanan Pangan (2)
- Kopi (1)
- Mekanisasi Pertanian (1)
- p (1)
- Pangan (23)
- Penelitian Pertanian (5)
- Perkebunan (4)
- Pertanian Organik (6)
- Petani dan Pertanian (21)
- peternakan (5)
- Regulasi Pertanian (2)
- Tanaman Buah (1)
- Tips (1)
- Ulat Bulu (2)