Jambi, Kompas - Kebutuhan benih padi meningkat pada awal kemarau ini. Pasalnya, banyak benih yang telah ditanam petani beberapa waktu lalu rusak akibat terendam banjir. Saat ini banjir melanda 353 hektar areal persawahan yang baru saja ditanami padi di Kota Jambi.
Dalam pantauan Kompas, banjir tersebut terjadi pada belasan hektar hamparan sawah di Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi. Padahal, bibit semaian baru saja ditanam di sawah. Banjir yang berlangsung hampir sepekan terakhir tersebut mengakibatkan sebagian tanaman rusak.
Tidak hanya itu, banyak petani malah tidak bisa menanam padi hasil persemaian karena genangan air pada lahan sawah mereka masih terlalu tinggi. ”Kami sudah membuat semaian, tapi padinya belum bisa ditanam. Kami masih harus menunggu sampai air sedikit surut,” kata Ali, petani di Sejinjang, Jambi Timur, Kamis (22/7).
Di sentra penanaman padi Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, hamparan padi yang mulai menguning juga terendam banjir, setelah hujan terus turun dalam sepekan terakhir. Menurut Darus, petani setempat, bulir padi yang telah keluar dikhawatirkan tidak memberikan hasil yang berkualitas sama seperti pada panen-panen terdahulu.
”Kalau terendam banjir cukup lama, akan memengaruhi kualitas gabah. Bahkan, gabah bisa rusak kalau terendam terlalu lama,” ujarnya.
Butuh benih
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DPPP) Kota Jambi Harlik mengatakan, dari hasil pendataan, areal persawahan yang tergenang banjir di wilayahnya mencapai 353 hektar dari total 1.200 hektar sawah di wilayah tersebut. Banjir terjadi di empat kecamatan, yaitu di Jambi Timur 156 hektar, Danau Teluk 55 hektar, Pelayangan 138 hektar, dan Telanaipura 4 hektar.
Menurut Harlik, sebelumnya telah disalurkan 24,8 ton benih padi kepada petani. Benih tersebut bersumber dari benih cadangan nasional. Atas kerusakan benih yang terjadi akibat banjir tersebut, pihaknya harus mengajukan kembali bantuan benih kepada pemerintah provinsi.
Bantuan ini untuk mengganti benih di tingkat petani yang telah rusak. ”Kami sudah mengajukan sebanyak 475 kilogram bibit padi baru melalui provinsi untuk disalurkan ke petani yang sawahnya terendam banjir,” ujarnya.
Harlik juga mengkhawatirkan adanya anomali cuaca yang makin nyata terjadi saat ini. Kondisi tersebut berpotensi menurunkan produktivitas padi. Padahal, tahun ini pemerintah setempat menargetkan peningkatan produksi beras.
Dinas terkait juga telah menargetkan produktivitas gabah kering panen (GKP) naik, yaitu mencapai 6,5 ton per hektar pada tahun 2010. Volume tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebanyak 5,9 ton. ”Namun, kami khawatir produktivitas padi pada tahun ini takkan mencapai target karena faktor iklim yang kian tak menentu,” ujarnya.
Karena itu, untuk mengantisipasi gagal tanam, dinas terkait kini mulai mengupayakan penyaluran bibit padi kepada petani. Dengan demikian, bibit padi itu segera ditanam kembali di lahan sawah.
”Penyediaan bibit baru adalah pilihan terbaik saat ini. Jika sudah ada, bibit segera ditanam sehingga dapat terhindar dari kemungkinan rusaknya tanaman saat hujan lebat,” ujarnya. (ITA)
sumber
0 Comments